Jumat, 08 Februari 2008

Manusia Bijaksana

THOMAS Hobbes, seorang filsuf empiris dalam karyanya De Homine menggambarkan manusia sebagai mesin yang antisosial. Perasaan-perasaan dalam diri manusia adalah masukan-masukan dari luar melalui pancainderanya. Berkat masukkan-masukkan itu manusia bereaksi untuk mendekati dan menjauhi objek. Kalau mendekati, reaksi itu dinamakan 'nafsu', misalnya: rasa nikmat, gembira, cinta, dll. Sebaliknya, kalau menjauhi reaksi itu dinamakan 'pengelakan': benci, sedih, takut, cemas. Kedua kutub reaksi itu bersaing dalam diri manusia. Kemenangan atau kekalahan satu di antaranya menghasilkan 'kehendak'. Berdasarkan pandangan ini, Hobbes melihat manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya ingin memuaskan kepentingan sendiri, yaitu untuk memelihara dan mempertahankan dirinya sendiri dengan mencari kenikmatan dan mengelak dari rasa sakit. Karena itu manusia yang bijaksana adalah manusia yang mampu memaksimalkan pemenuhan keinginan-keinginannya untuk kesejahteraan individualnya sendiri.

Tidak ada komentar: