Sabtu, 26 Januari 2008

Gaya Hidup Dalam Kesehatan

Ini Dia Sifat Buruk Penyebab Sakit*

SAKIT adalah kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Selain harus bolak-balik ke dokter, segala aktivitas Anda pun bakal terganggu untuk beberapa waktu.
Sebagian besar penyakit memang disebabkan karena gaya hidup dan pola makan yang tidak benar. Tapi tahukah Anda? Bahwa beberapa peyakit yang menyebabkan tubuh Anda sakit ternyata berkaitan erat dengan kondisi emosi Anda yang tidak stabil, pikiran yang selalu negatif serta kepribadian “buruk” yang Anda miliki.
Nah, jika Anda sekarang merasa memiliki satu kepribadian buruk yang masih “terpelihara”, mungkin memang sekaranglah waktunya bagi Anda untuk menjadi pribadi yang menyenangkan sekaligus memiliki tubuh yang sehat dan fit.
Ingin tahu, sifat negatif apa saja yang dapat membuat tubuh Anda tidak sehat?

  • Pembosan “berat” = sakit kepala, arthritis, asma dan jantung.
  • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara kebosanan dan sakit kepala yang Anda alami. Sekarang tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah hari-hari Anda selama ini terlihat monoton dan Anda hanya melakukan aktivitas yang itu-itu saja setiap hari? Jika ya, kemungkinan Anda akan mudah terserang penyakit Arthritis, asma, atau penyakit jantung. Alasannya adalah rasa bosan pada diri Anda dapat melahirkan emosi negatif pada tubuh, sehingga dengan mudah meningkatkan stres dan memperlemah sistim kekebalan tubuh sehingga Anda akan dengan mudah diserang berbagai penyakit. Tak hanya itu, kebosanan juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan Anda.
  • Rasa cemas dan panik berlebihan = gangguan lambung
  • Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Douglas Drossman, seorang dosen kedokteran dari University of North Carolina, ditemukan bahwa perempuan yang memiliki rasa cemas yang berlebihan pada hal-hal kecil sekalipun akan dengan mudah terserang gangguan pada lambungnya.
  • Tidak sabaran dan emosional = penyakit jantung dan stroke
  • Anda gampang gusar jika ada hal-hal kecil yang menganggu? Atau Anda gampang naik pitam saat seseorang membuat kesalahan di depan Anda? Jika jawaban untuk semua pertanyaan di atas ya, maka berhati-hatilah. Rasa marah serta ketidaksabaran ternyata dapat mengaktifkan sistem kardiovaskuler secara terus menerus. Selanjutnya tekanan darah Anda akan cepat naik, kecepatan pernapasan akan meninggi dan otot menjadi tegang. Akhirnya Anda terserang penyakit jantung dan stroke.
  • Tidak percaya diri dan rendah diri berlebihan = gampang sakit
  • Biasanya orang yang memiliki sikap mental yang seperti ini sering terlibat pada hubungan yang buruk. Baik itu dalam lingkungan pergaulannya maupun dalam keluarganya. Perasaan rendah diri menyebabkan proses penyembuhan untuk setiap penyakit pada dirinya akan terhambat, meskipun Anda hanya sekedar menderita sakit flu ringan, wah!

Jadi, sekarang terserah pada diri Anda. Ingin jadi pribadi yang gembira dan menyenangkan sekaligus sehat. Atau justru sebaliknya? (lis/solusisehat.com)

sumber : sripo-online

Pelayanan Publik

Reformasi Pelayanan Publik*

Oleh : Andries Lionardo
Staf Pengajar Fisip Unsri. Kandidat Doktor Administrasi Publik Universita Brawijaya Malang


JIKA pemerintah ingin memuaskan rakyatnya, maka hal utama yang harus dilakukan adalah merubah paradigma manajemen pelayanan publik. Paradigma yang selama ini menegaskan bahwa birokrat (pemerintah) yang menjadi majikan yang harus dilayani, wajib diubah menjadi rakyat yang menjadi majikan. Pemerintah harus berperan hanya sekadar sebagai pelayan. Pemerintah harus bertindak reaktif, ketika rakyat menuntut haknya untuk dilayani. Apabila kondisi ini menjadi kenyataan, maka patologi (penyakit) birokrasi, seperti pungutan liar, calo birokrasi, uang pelicin, kolusi, nepotisme atau praktek-praktek deskriminasi layanan lainnya tidak akan bergentayangan dalam urusan birokrasi publik di negara kita ini.
Tentunya, dalam konteks ini perlu dipahami bahwa pemerintah (kepala daerah dan stafnya) harus mampu berperan sebagai aktor deliberatif (fasilitator) kebijakan publik, sehingga kepadanya diharapkan perubahan paradigma ini dimulai dan terjadi. Jika hal ini dapat difungsikan, maka secara top down akan diikuti oleh elemen-elemen lainnya khususnya mereka yang mengemban fungsi sosial di masyarakat, seperti jaksa, hakim, polisi, dosen, guru, dokter, atau bahkan perangkat desa/ketua RT. Kemandekan struktural inilah yang berpuluh-puluh tahun telah menyebabkan sebuah distorsi dan anamoli sistem administrasi publik yang jauh dari konteks kepentingan publik.
Sebuah gagasan yang ingin saya tawarkan dalam tulisan ini adalah bagaimana pemerintah daerah, khususnya di Sumsel sebagai aktor kebijakan harus melakukan perubahan dini tentang orientasi birokrasi yang selayaknya sudah dikonstruksikan, yaitu “berkrakyatan”. Betapa tidak, pilihan itu wajib ditegaskan karena pelayanan publik merupakan aspek yang fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut, kita dapat memahami betapa luasnya ruang lingkup pelayanan publik yang harus diselenggarakan dan direspon secara baik oleh pemerintah dalam memuaskan warga negaranya. Namun disisi lain, masih banyak kita temukan ketidakmampuan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan tersebut secara cepat, efisien dan responsif. Misalnya, kita bisa melihat bagaimana rumitnya prosedur yang dibuat ketika ada masyarakat yang sekarat ingin mendapatkan pelayanan cepat di sebuah Rumah Sakit Daerah atau kita bisa merasakan betapa tidak pastinya waktu dan biaya pelayanan ketika kita berurusan dengan aparatur birokrasi di dinas pemerintahan. Belum lagi, ketika kita melihat bagaimana sulitnya ditemukan keikhlasan bekerja dari oknum aparatur birokrasi dalam melayani. Kondisi ini tentunya yang akan menjadi bumerang bagi birokrasi dan bertolak belakang dengan kebutuhan pelayanan masyarakat yang semakin hari semakin mendesak dan berkembang.
Pada aspek yang dilematis inilah, kebijakan publik diharapkan hadir dalam menuntut peran pemerintah agar melakukan perubahan manajemen pelayanan publik (public service). Meminjam istilah Howlett dan Ramesh (1995), perubahan kebijakan publik dapat mengikuti pola normal atau paradigmatis. Pola normal adalah pola pengambilan keputusan secara kontinyu dan berlangsung tahap demi tahap. Perubahan ini berlangsung relatif kecil, tidak menimbulkan guncangan karena aktor yang terlibat relatif tidak berubah. Sedangkan pola paradigmatis berlangsung secara mendasar dan mengarah kepada perubahan radikal. Menyimak pendapat tersebut, maka untuk merubah paradigma pelayanan publik pemerintah telah dihadapkan dengan pilihan-pilihan publik (public choice) yang selayaknya harus dipilih, dipilah dan dipelajari manfaatnya saat ini dan dimasa yang akan datang. Pilihan kebijakan ini, selayaknya wajib dilaksanakan segera mengingat kita sudah masuk dalam ranah perubahan sistem politik, khususnya adanya proses demokrasi dan otonomi daerah yang sedang berkembang.
Adanya perubahan ini tentunya akan mempermudah pemerintah untuk merubah paradigma pelayanan publik tersebut. Namun, apabila yang terjadi justru munculnya krisis kepemimpinan transaksional dan transformatif maka perubahan paradigma pelayanan tersebut akan selalu mandek dan berjalan di tempat. Menyimak peluang ini, sudah selayaknya demokratisasi yang ditandai dengan adanya pemilihan kepala daerah langsung dapat melahirkan pemimpin daerah yang mampu mengelaborasikan kepentingan publik dalam setiap kebijakan pelayanan yang akan dibuat.
Bukan Monopoli
Saat ini bukanlah saatnya lagi pemerintah melaksanakan monopoli kebijakan pelayanan publik. Kebijakan pelayanan publik seharusnya direkonstruksikan ke arah yang lebih fleksibel, responsif dan tidak bersifat mengatur. Sudah saatnya, pemerintah tidak lagi mengatur dan mengontrol cara berfikir masyarakat. Paradigma pelayanan publik juga jangan dibuat terbalik, belajar dari kebijakan cuti bersama yang dilakukan pemerintah kita bisa melihat betapa manajemen pelayanan publik berhenti untuk melayani masyarakat (Sripo,30/12). Dalam kondisi seperti inilah sebenarnya manajemen pelayanan publik di negeri ini terjerembab dalam paradigma negara kuat, rakyat lemah. Padahal yang diharapkan publik adalah dekonstruksi peran pemerintah dalam memberikan pelayanan wajib publik. Tuntutan ini muncul mengingat brokrasi publik sedang dihadapkan dengan perubahan ekonomi politik, penguatan civil society, good governance dan kebutuhan mendesak publik.
Sebuah solusi yang dapat ditawarkan dalam memahami persoalan ini adalah bagaimana pemerintah, khususnya Provinsi Sumatera Selatan dapat menyadari posisi dan perannya sebagai pelayan masyarakat. Hal ini dapat dimulai dengan penyadaran akan kapasitas dan keterbatasan kemampuan dalam penyediaan pelayanan publik. Karenanya, membangun kemitraan dengan pihak swasta, menciftakan model kebijakan partisipasi publik melalui kontrak pelayanan kepada masyarakat (citizen charter), menciftakan Peraturan Daerah tentang Pelayanan Publik adalah langkah-langkah strategis bagi pemerintah dalam merubah paradigma pelayanan publik yang saat ini masih dirasakan belum berpihak kepada masyarakat. Disamping bahwa reformasi penyelenggaraan pelayanan publik menuntut adanya perubahan secara holistk (menyeluruh). Reformasi pelayanan publik hanya akan tercapai apabila perubahan manajemen pelayanan publik dilakukan secara konsisten dan tidak terkooptasi dengan aspek-aspek lainnya. Perubahan tersebut harus mencakup perubahan struktur, budaya, mindset, sistem insentif, dan pemberdayaan masyarakat sipil sehingga mereka bisa mengontrol secara efektip praktek pelayanan publik. Kegagalan kebijakan pelayanan publik saat ini cenderung kepada upaya perbaikan struktur birokrasi saja, tidak diimbangi dengan upaya perbaikan kinerja pelayanan publik. Oleh karenanya, era demokrasi dan otonomi daerah saat ini haruslah dijadikan momentum perubahan paradigma pelayanan publik, sehingga reformasi pelayanan publik adalah keharusan bagi pemerintah dalam memuaskan dan mensejahterakan rakyatnya.


sumber ; sripo-online.com

Jalan Lintas Timur

Jalintim Dipenuhi Lubang*

KAYUAGUNG, SRIPO —Sejumlah titik poros jalan lintas timur (Jalintim) di wilayah Kabupaten OKI kini ditandai waspada, karena banyaknya ruas jalan yang berlubang dan riskan terjadi kecelakaan. Kondisi jalan yang parah ditemukan di kawasan Desa Muara Baru. Di beberapa titik sudah ditandai dengan cat putih yang menandakan kerusakan jalan itu segera diperbaiki.
Pantauan di lapangan, Rabu (23/1), poros jalan berlubang dengan kedalaman cukup membahayakan pengendara. Padahal, ruas jalan di kawasan ini baru beberapa bulan selesai diperbaiki, kini sudah rusak dan berlubang kembali dengan kedalaman antara 10 Cm hingga 30 Cm.
Lubang jebakan tidak terhitung lagi jumlahnya, namun yang paling berbahaya ada sekitar 50 titik menyebar di Kecamatan Kota Kayuagung, Pedamaran, Teluk Gelam dan Kecamatan Lempuing Jaya. “Jalan di kawasan ini baru dua bulan lalu selesai diperbaiki, tapi sekarang lihatlah kerusakan di mana-mana akan ditemui,” kata beberapa warga dan pedagang duku.
Salah seorang warga Desa Muarabaru, Pendi (30) mengakui, kerusakan Jalintim itu terjadi setiap tahun. “Setiap tahun jalintim ini diperbaiki namun dalam waktu tak lama rusak kembali,” kata Pendi seraya berharap, perbaikan hendaknya dilakukan sesuai standar sehingga tidak cepat rusak. (ono)

sumber : sripo-onlin.com

Mantan Anggota DPR RI ke OKI

Marisa Haque Dikerumuni Ibu-ibu*

SOSOK artis sekaligus mantan anggota DPR RI dan juga pernah mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur (Wagub) Banten, Marissa Haque SH, MHum, hadir di Bumi Bende Seguguk Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Kedatangan wanita kelahiran Balikpapan, 15 Oktober 1962 ini dalam rangka memperingati hari ibu ke-79, Kamis (24/1).
Saat masuk Gedung Kesenian OKI, ratusan ibu-ibu bahkan bapak-bapak pun nampak terkesima menyaksikan artis ibu kota yang selalu menebar senyum itu. Ibu dua anak, Isabella Muliawati Fawzi (21) dan Marsha Chikita Fawzi (20) ini mengenakan jilbab nampak berseri-seri ketika dikerumuni para ibu-ibu yang spontan minta foto bersama memanfaatkan handphone berkamera.
Kehadiran Marissa di Kayuagung atas undangan Penasehat Gabungan Organisasi Wanita (GOW), Hj Tartila Ishak dan juga Ketua GOW Hj Sundari H Amin bersama ketua panitia Hari Ibu, Eva Amri. “kegiatan hari ibu dilaksanakan karena bermanfaat bagi ibu dalam meningkatkan kembali pentingnya perempuan dan juga sebagai momentum untuk merenung ke depan apa yang dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan,” kata Hj Tartila Ishak. Marissa Haque hadir sebagai pembicara pada seminar “Tuntutan Peran Bagi Perempuan Indonesia di Era Globalisasi”. Kegiatan ini dihadiri Bupati OKI, Ir H Ishak Mekki, MM dan unsur Muspida. (bowo leksono)


*sumber : sripo-online.com